SEJARAH ALAM YANG SEBENARNYA - I (Dari Invertebrata Hingga Reptilia)
Bagi sebagian orang, gagasan sejarah alam itu sendiri berarti teori evolusi. Alasannya adalah propaganda gencar yang telah dilakukan. Museum sejarah alam hampir di setiap negara berada dibawah pengaruh ahli biologi evolusi materialis, dan merekalah yang menjelaskan pajangan-pajangan di dalamnya. Mereka selalu menggambarkan makhluk-makhluk yang hidup di jaman prasejarah dan sisa-sisa fosil mereka sesuai dengan gagasan Darwin. Salah satu akibatnya adalah kebanyakan orang berpikir bahwa sejarah alam adalah sama dengan gagasan evolusi.
Akan tetapi, kenyataannya sangatlah berbeda. Sejarah alam mengungkap bahwa kelompok-kelompok makhluk hidup muncul di bumi tidak melalui proses evolusi apapun, tetapi semuanya secara tiba-tiba, dan lengkap dengan bentuk kompleks mereka, berkembang sempurna sejak dari awal. Berbagai makhluk hidup muncul tanpa bergantung satu sama lain, dan tanpa "bentuk peralihan" di antara mereka.
Dalam bab ini, kita akan mengkaji sejarah alam yang sebenarnya, dengan mengambil rekaman fosil sebagai landasan kita.
Pengelompokan Makhluk Hidup
Ahli biologi menempatkan makhluk hidup ke dalam berbagai kelompok. Pengelompokan ini, yang dikenal sebagai "taksonomi", atau "sistematika", diperkenalkan oleh ilmuwan Swedia pada abad ke-18, Carl von Linné, yang lebih dikenal sebagai Linnaeus. Tata cara pengelompokan yang dibangun oleh Linnaeus telah diteruskan dan berkembang hingga saat ini.
Terdapat kategori bertingkat dalam sistem pengelompokan ini. Pertama, kelompok mahluk hidup dibagi menjadi kingdom, seperti kingdom tumbuhan dan hewan. Kemudian kingdom dibagi lagi menjadi filum. Filum lebih jauh dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Dari atas ke bawah, pengelompokannya adalah sebagai berikut:
Kingdom
Filum (jamak Fila)
Kelas
Ordo
Famili
Genus (jamak Genera)
Spesies
Saat ini, sebagian besar ahli biologi menerima bahwa ada lima (atau enam) kingdom yang berbeda. Selain tumbuhan dan hewan, mereka menganggap kapang, protista (makhluk bersel satu dengan inti sel, seperti amoeba dan beberapa ganggang primitif), dan monera (makhluk bersel satu tanpa inti sel, seperti bakteri), sebagai kingdom yang terpisah. Kadang bakteri dibagi lagi menjadi eubakteri dan archaebakteri, sehingga menjadi enam kingdom, atau, dalam perhitungan yang lain, tiga "superkingdom" (eubakteri, archaebakteri dan eukariot).
Yang paling utama dari semua kingdom ini tak diragukan lagi adalah kingdom hewan. Dan pengelompokan terbesar dari kingdom hewan, seperti yang kita lihat sebelumnya, adalah dalam berbagai filum. Ketika menentukan filum yang mana, kita harus selalu mengingat kenyataan bahwa setiap filum memiliki struktur fisik yang benar-benar berbeda. Arthropoda (serangga, laba-laba, dan makhluk lain dengan kaki berbuku-buku) sebagai contoh, adalah satu filum tersendiri, dan semua binatang dalam filum ini mempunyai kesamaan struktur fisik yang mendasar. Filum yang disebut Chordata meliputi makhluk dengan notokorda, atau, lebih dikenal, tulang belakang. Semua hewan dengan tulang belakang seperti ikan, burung, reptilia, dan mamalia yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam sub-filum dari Chordata yang dikenal sebagai vertebrata.
Ada 35 filum hewan yang berbeda, termasuk Mollusca, yang meliputi binatang bertubuh lunak seperti siput dan gurita, atau Nematoda, yang meliputi cacing-cacing kecil. Ciri terpenting dari kelompok-kelompok ini adalah, sebagaimana yang telah kita singgung, bahwa mereka memiliki ciri fisik yang sama sekali berbeda. Kelompok-kelompok di bawah filum pada dasarnya memiliki kemiripan bentuk tubuh, tetapi filum-filum sangat berbeda satu sama lain.
Setelah semua informasi umum tentang pengelompokan biologis ini, sekarang mari kita pikirkan pertanyaan tentang bagaimana dan kapan filum-filum ini muncul di bumi.
Fosil Menyangkal "Pohon Kehidupan"

"Pohon kehidupan" yang digambarkan ahli biologi evolusi Ernst Haeckel pada tahun 1866.
Akan tetapi, kenyataannya sangatlah berbeda. Sejarah alam mengungkap bahwa kelompok-kelompok makhluk hidup muncul di bumi tidak melalui proses evolusi apapun, tetapi semuanya secara tiba-tiba, dan lengkap dengan bentuk kompleks mereka, berkembang sempurna sejak dari awal. Berbagai makhluk hidup muncul tanpa bergantung satu sama lain, dan tanpa "bentuk peralihan" di antara mereka.
Dalam bab ini, kita akan mengkaji sejarah alam yang sebenarnya, dengan mengambil rekaman fosil sebagai landasan kita.
Pengelompokan Makhluk Hidup
Ahli biologi menempatkan makhluk hidup ke dalam berbagai kelompok. Pengelompokan ini, yang dikenal sebagai "taksonomi", atau "sistematika", diperkenalkan oleh ilmuwan Swedia pada abad ke-18, Carl von Linné, yang lebih dikenal sebagai Linnaeus. Tata cara pengelompokan yang dibangun oleh Linnaeus telah diteruskan dan berkembang hingga saat ini.
Terdapat kategori bertingkat dalam sistem pengelompokan ini. Pertama, kelompok mahluk hidup dibagi menjadi kingdom, seperti kingdom tumbuhan dan hewan. Kemudian kingdom dibagi lagi menjadi filum. Filum lebih jauh dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Dari atas ke bawah, pengelompokannya adalah sebagai berikut:
Kingdom
Filum (jamak Fila)
Kelas
Ordo
Famili
Genus (jamak Genera)
Spesies
Saat ini, sebagian besar ahli biologi menerima bahwa ada lima (atau enam) kingdom yang berbeda. Selain tumbuhan dan hewan, mereka menganggap kapang, protista (makhluk bersel satu dengan inti sel, seperti amoeba dan beberapa ganggang primitif), dan monera (makhluk bersel satu tanpa inti sel, seperti bakteri), sebagai kingdom yang terpisah. Kadang bakteri dibagi lagi menjadi eubakteri dan archaebakteri, sehingga menjadi enam kingdom, atau, dalam perhitungan yang lain, tiga "superkingdom" (eubakteri, archaebakteri dan eukariot).
Yang paling utama dari semua kingdom ini tak diragukan lagi adalah kingdom hewan. Dan pengelompokan terbesar dari kingdom hewan, seperti yang kita lihat sebelumnya, adalah dalam berbagai filum. Ketika menentukan filum yang mana, kita harus selalu mengingat kenyataan bahwa setiap filum memiliki struktur fisik yang benar-benar berbeda. Arthropoda (serangga, laba-laba, dan makhluk lain dengan kaki berbuku-buku) sebagai contoh, adalah satu filum tersendiri, dan semua binatang dalam filum ini mempunyai kesamaan struktur fisik yang mendasar. Filum yang disebut Chordata meliputi makhluk dengan notokorda, atau, lebih dikenal, tulang belakang. Semua hewan dengan tulang belakang seperti ikan, burung, reptilia, dan mamalia yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam sub-filum dari Chordata yang dikenal sebagai vertebrata.
Ada 35 filum hewan yang berbeda, termasuk Mollusca, yang meliputi binatang bertubuh lunak seperti siput dan gurita, atau Nematoda, yang meliputi cacing-cacing kecil. Ciri terpenting dari kelompok-kelompok ini adalah, sebagaimana yang telah kita singgung, bahwa mereka memiliki ciri fisik yang sama sekali berbeda. Kelompok-kelompok di bawah filum pada dasarnya memiliki kemiripan bentuk tubuh, tetapi filum-filum sangat berbeda satu sama lain.
Setelah semua informasi umum tentang pengelompokan biologis ini, sekarang mari kita pikirkan pertanyaan tentang bagaimana dan kapan filum-filum ini muncul di bumi.
Fosil Menyangkal "Pohon Kehidupan"

"Pohon kehidupan" yang digambarkan ahli biologi evolusi Ernst Haeckel pada tahun 1866.
Pertama, marilah kita pikirkan gagasan para Darwinis. Sebagaimana kita tahu, Darwinisme mengajukan bahwa kehidupan berkembang dari satu nenek moyang yang sama, dan berubah menjadi berbagai ragamnya melalui serangkaian perubahan-perubahan kecil. Jika seperti itu, kehidupan seharusnya pertama kali muncul dalam bentuk yang mirip dan sederhana. Dan menurut teori yang sama, perbedaan antara, dan kompleksitas yang berkembang pada makhluk hidup haruslah terjadi dalam waktu bersamaan sejalan dengan waktu.
Singkatnya, menurut Darwinisme, kehidupan haruslah seperti pohon, dengan satu akar yang sama, kemudian terpisah menjadi cabang-cabang yang berbeda. Dan hipotesis ini terus ditekankan dalam sumber-sumber Darwinis, di mana gagasan "pohon kehidupan" sering diterapkan. Menurut gagasan pohon ini, filum—unit mendasar dalam pengelompokan makhluk hidup—muncul secara bertahap, seperti dalam bagan di samping ini. Menurut Darwinisme, pertama kali pasti satu filum muncul, dan kemudian filum-filum yang lain pastilah muncul secara perlahan dengan perubahan-perubahan kecil dalam jangka waktu yang lama. Gagasan Darwinis adalah bahwa jumlah filum binatang pastilah bertambah secara bertahap. Bagan di samping menunjukkan pertambahan bertahap jumlah filum hewan menurut pandangan Darwinis.
Menurut Darwinisme, kehidupan pastilah berkembang dengan cara seperti ini. Tapi apakah ini yang sebenarnya terjadi?
Sama sekali bukan. Malah sebaliknya: binatang telah sangat berbeda dan kompleks sejak pertama kali mereka muncul. Semua filum hewan yang dikenal saat ini muncul pada waktu yang sama, di tengah era geologis yang dikenal sebagai Jaman Kambrium. Jaman Kambrium adalah era geologis yang diperkirakan berlangsung selama 65 juta tahun, kira-kira antara 570 hingga 505 juta tahun yang lalu. Tetapi era kemunculan tiba-tiba dari kelompok besar binatang terjadi dalam waktu yang lebih pendek dari Kambrium, yang sering disebut sebagai "Ledakan Kambrium." Stephen C. Meyer, P. A. Nelson, dan Paul Chien, dalam sebuah artikel tahun 2001 yang berdasarkan sebuah kajian literatur terperinci di tahun 2001, mencatat bahwa "ledakan Kambrium terjadi dalam jendela geologis yang teramat sempit, yang berlangsung tidak lebih dari 5 juta tahun."
CATATAN FOSIL MENYANGKAL TEORI EVOLUSI
Teori evolusi menyebutkan bahwa kelompok-kelompok makhluk hidup (filum) berkembang dari moyang yang sama yang bertumbuh menyebar sejalan dengan waktu. Bagan di atas menegaskan pernyataan ini: menurut Darwinisme, makhluk hidup tumbuh saling menjauh seperti cabang-cabang pada sebatang pohon.
Namun, catatan fosil menunjukkan yang sebaliknya. Seperti terlihat pada bagan di bawah, aneka kelompok makhluk hidup muncul tiba-tiba dengan struktur yang berbeda. Sekitar 100 filum seketika muncul di Zaman Kambrium. Secara bertahap, jumlahnya berkurang, bukan meningkat (karena sebagian filum punah). (sumber: http://www.arn.org/).
Sebelum itu, tidak ada jejak dalam rekaman fosil apapun selain dari makhluk bersel satu dan beberapa makhluk bersel banyak yang primitif. Semua filum binatang muncul dengan bentuk lengkap dan pada saat bersamaan, dalam masa teramat singkat yang diwakili oleh ledakan Kambrium. (Lima juta tahun adalah waktu yang sangat singkat dalam istilah geologis!)
Fosil yang ditemukan dalam lapisan Kambrium termasuk dalam jenis binatang yang sangat berbeda, seperti siput, trilobita, bunga karang, ubur-ubur, bintang laut, kerang, dan lain-lain. Kebanyakan dari makhluk-makhluk ini dalam lapisan ini memiliki sistem kompleks dan struktur maju, seperti mata, insang, dan sistem peredaran, sama persis dengan binatang modern. Struktur seperti ini pada satu waktu yang sama telah sangat maju, dan sangat berbeda.
Richard Monastersky, seorang staff penulis pada majalah ScienceNews menyatakan tentang "ledakan Kambrium" ini, yang merupakan perangkap mematikan bagi teori evolusi, sebagai berikut:
Setengah milyar tahun yang lalu, …bentuk kompleks menakjubkan dari hewan yang kita lihat saat ini tiba-tiba muncul. Kejadian ini, tepat di awal Jaman Kambrium Bumi, sekitar 550 tahun yang lalu, menandakan ledakan evolusi yang mengisi lautan dengan makhluk kompleks pertama bumi.
Artikel yang sama juga merujuk Jan Bergström, seorang ahli paleontologi yang mempelajari endapan Kambrium awal di Chengjiang, Cina, yang berkata, "Fauna di Chengjiang menunjukkan bahwa filum besar dari hewan masa kini telah ada sejak Kambrium awal dan mereka telah berbeda satu sama lain sebagaimana mereka saat ini."
Gambar ini melukiskan makhluk hidup dengan struktur rumit pada Zaman Kambrium. Kemunculan aneka ragam makhluk hidup tanpa moyang pendahulu membantah habis teori Darwin.
Bagaimana bumi menjadi melimpah dengan sejumlah besar spesies hewan ini secara tiba-tiba, dan bagaimana spesies yang berbeda-beda tanpa nenek moyang yang sama ini muncul, adalah pertanyaan yang tetap tak terjawab oleh para evolusionis. Ahli zoologi di Oxford University, Richard Dawkins, salah satu pendukung pemikiran evolusionis terkemuka di dunia, mengomentari kenyataan yang meruntuhkan pondasi dari semua alasan yang telah ia pertahankan selama ini:
Sebagai contoh lapisan batuan Kambrium… adalah lapisan tertua di mana kami menemukan sebagian besar kelompok utama invertebrata. Dan kami menemukan kebanyakan dari mereka sudah berada pada tahap evolusi yang maju, saat pertama kali mereka muncul. Seolah-olah mereka tertanam begitu saja di sana, tanpa ada sejarah evolusi.
Philip Johnson, seorang professor di University of California di Barkeley yang juga salah seorang pengkritik Darwinisme terkemuka, menggambarkan pertentangan antara kenyataan paleontologis ini dengan Darwinisme:
Teori Darwin meramalkan sebuah "kerucut peningkatan keanekaragaman," ketika organisme hidup pertama, atau spesies hewan pertama, secara bertahap dan terus menerus berubah untuk membentuk tingkatan taksonomi [kelompok hewan] lebih tinggi. Rekaman fosil hewan lebih menyerupai kerucut yang terbalik, dengan berbagai filum muncul sejak awal dan setelah itu semakin berkurang [jenisnya].

Sebuah fosil Zaman Kambrium.
Singkatnya, menurut Darwinisme, kehidupan haruslah seperti pohon, dengan satu akar yang sama, kemudian terpisah menjadi cabang-cabang yang berbeda. Dan hipotesis ini terus ditekankan dalam sumber-sumber Darwinis, di mana gagasan "pohon kehidupan" sering diterapkan. Menurut gagasan pohon ini, filum—unit mendasar dalam pengelompokan makhluk hidup—muncul secara bertahap, seperti dalam bagan di samping ini. Menurut Darwinisme, pertama kali pasti satu filum muncul, dan kemudian filum-filum yang lain pastilah muncul secara perlahan dengan perubahan-perubahan kecil dalam jangka waktu yang lama. Gagasan Darwinis adalah bahwa jumlah filum binatang pastilah bertambah secara bertahap. Bagan di samping menunjukkan pertambahan bertahap jumlah filum hewan menurut pandangan Darwinis.
Menurut Darwinisme, kehidupan pastilah berkembang dengan cara seperti ini. Tapi apakah ini yang sebenarnya terjadi?
Sama sekali bukan. Malah sebaliknya: binatang telah sangat berbeda dan kompleks sejak pertama kali mereka muncul. Semua filum hewan yang dikenal saat ini muncul pada waktu yang sama, di tengah era geologis yang dikenal sebagai Jaman Kambrium. Jaman Kambrium adalah era geologis yang diperkirakan berlangsung selama 65 juta tahun, kira-kira antara 570 hingga 505 juta tahun yang lalu. Tetapi era kemunculan tiba-tiba dari kelompok besar binatang terjadi dalam waktu yang lebih pendek dari Kambrium, yang sering disebut sebagai "Ledakan Kambrium." Stephen C. Meyer, P. A. Nelson, dan Paul Chien, dalam sebuah artikel tahun 2001 yang berdasarkan sebuah kajian literatur terperinci di tahun 2001, mencatat bahwa "ledakan Kambrium terjadi dalam jendela geologis yang teramat sempit, yang berlangsung tidak lebih dari 5 juta tahun."
CATATAN FOSIL MENYANGKAL TEORI EVOLUSI


Sebelum itu, tidak ada jejak dalam rekaman fosil apapun selain dari makhluk bersel satu dan beberapa makhluk bersel banyak yang primitif. Semua filum binatang muncul dengan bentuk lengkap dan pada saat bersamaan, dalam masa teramat singkat yang diwakili oleh ledakan Kambrium. (Lima juta tahun adalah waktu yang sangat singkat dalam istilah geologis!)
Fosil yang ditemukan dalam lapisan Kambrium termasuk dalam jenis binatang yang sangat berbeda, seperti siput, trilobita, bunga karang, ubur-ubur, bintang laut, kerang, dan lain-lain. Kebanyakan dari makhluk-makhluk ini dalam lapisan ini memiliki sistem kompleks dan struktur maju, seperti mata, insang, dan sistem peredaran, sama persis dengan binatang modern. Struktur seperti ini pada satu waktu yang sama telah sangat maju, dan sangat berbeda.
Richard Monastersky, seorang staff penulis pada majalah ScienceNews menyatakan tentang "ledakan Kambrium" ini, yang merupakan perangkap mematikan bagi teori evolusi, sebagai berikut:
Setengah milyar tahun yang lalu, …bentuk kompleks menakjubkan dari hewan yang kita lihat saat ini tiba-tiba muncul. Kejadian ini, tepat di awal Jaman Kambrium Bumi, sekitar 550 tahun yang lalu, menandakan ledakan evolusi yang mengisi lautan dengan makhluk kompleks pertama bumi.
Artikel yang sama juga merujuk Jan Bergström, seorang ahli paleontologi yang mempelajari endapan Kambrium awal di Chengjiang, Cina, yang berkata, "Fauna di Chengjiang menunjukkan bahwa filum besar dari hewan masa kini telah ada sejak Kambrium awal dan mereka telah berbeda satu sama lain sebagaimana mereka saat ini."

Bagaimana bumi menjadi melimpah dengan sejumlah besar spesies hewan ini secara tiba-tiba, dan bagaimana spesies yang berbeda-beda tanpa nenek moyang yang sama ini muncul, adalah pertanyaan yang tetap tak terjawab oleh para evolusionis. Ahli zoologi di Oxford University, Richard Dawkins, salah satu pendukung pemikiran evolusionis terkemuka di dunia, mengomentari kenyataan yang meruntuhkan pondasi dari semua alasan yang telah ia pertahankan selama ini:
Sebagai contoh lapisan batuan Kambrium… adalah lapisan tertua di mana kami menemukan sebagian besar kelompok utama invertebrata. Dan kami menemukan kebanyakan dari mereka sudah berada pada tahap evolusi yang maju, saat pertama kali mereka muncul. Seolah-olah mereka tertanam begitu saja di sana, tanpa ada sejarah evolusi.
Philip Johnson, seorang professor di University of California di Barkeley yang juga salah seorang pengkritik Darwinisme terkemuka, menggambarkan pertentangan antara kenyataan paleontologis ini dengan Darwinisme:
Teori Darwin meramalkan sebuah "kerucut peningkatan keanekaragaman," ketika organisme hidup pertama, atau spesies hewan pertama, secara bertahap dan terus menerus berubah untuk membentuk tingkatan taksonomi [kelompok hewan] lebih tinggi. Rekaman fosil hewan lebih menyerupai kerucut yang terbalik, dengan berbagai filum muncul sejak awal dan setelah itu semakin berkurang [jenisnya].

Sebuah fosil Zaman Kambrium.
Seperti yang telah diungkap oleh Philip Johnson, filum ternyata tidaklah muncul secara bertahap, dalam kenyataannya mereka muncul dalam waktu yang bersamaan, dan beberapa dari mereka bahkan punah pada masa berikutnya.
Seperti yang kita lihat, dalam Jaman PraKambrium terdapat tiga filum yang berbeda dari makhluk bersel satu. Tetapi pada Jaman Kambrium, sekitar 60 hingga 100 filum hewan yang berbeda muncul secara tiba-tiba. Pada jaman setelah itu, beberapa filum ini menjadi punah, dan hanya sedikit yang masih bertahan hingga saat ini.
Ahli paleontologi terkenal, Roger Lewin, mengkaji kenyataan luar biasa ini, yang benar-benar melumpuhkan semua asumsi Darwinis tentang sejarah kehidupan:
Digambarkan baru-baru ini sebagai "peristiwa evolusi paling penting dalam keseluruhan sejarah Metazoa," ledakan Kambrium menghasilkan hampir semua bentuk utama tubuh hewan—Baupläne atau filum—yang akan tetap ada setelahnya, termasuk sebagian besar yang "tersingkirkan" dan menjadi punah. Dibandingkan dengan sekitar 30 filum yang masih ada, beberapa orang memperkirakan bahwa ledakan Kambrium mungkin menghasilkan sebanyak 100-an filum.

TULANG BELAKANG YANG MENARIK: Salah satu makhluk hidup yang tiba-tiba muncul di Zaman Kambrium, Hallucigenia, tampak di foto kiri. Dan, sebagaimana fosil Kambrium lainnya, seperti yang di foto kanan, makhluk ini mempunyai tulang belakang atau cangkang keras untuk melindungi diri dari serangan musuh. Pertanyaan yang tak bisa dijawab oleh para evolusionis adalah "Bagaimanakah makhluk ini bisa muncul dengan sebuah sistem pertahanan yang ampuh di masa tiada pemangsa di sekelilingnya?" Ketiadaan pemangsa pada masa itu membuatnya mustahil menjelaskan persoalan ini menurut seleksi alam.
Fosil Burgess Shale
Lewin tetap saja menyebut peristiwa luar biasa dari Jaman Kambrium ini sebagai "peristiwa evolusi," karena kesetiaannya terhadap Darwinisme, tetapi jelaslah bahwa penemuan-penemuan tersebut sejauh ini tidak bisa dijelaskan dengan pendekatan evolusi apapun.
Yang menarik adalah bahwa penemuan-penemuan fosil baru membuat permasalahan Jaman Kambrium semakin rumit saja. Dalam edisi Februari 1999, Trends in Genetics (TIG), sebuah jurnal ilmiah terkemuka, membahas masalah ini. Dalam sebuah artikel tentang lapisan fosil pada daerah Burgess Shale di British Colombia, Kanada, diakui bahwa penemuan fosil di daerah tersebut tidak menawarkan dukungan bagi teori evolusi.
Lapisan fosil Burgess Shale telah diterima sebagai salah satu penemuan paleontologis yang terpenting sepanjang waktu. Fosil berbagai macam spesies yang ditemukan di Burgess Shale muncul di bumi secara tiba-tiba, tanpa melalui perkembangan dari spesies pendahulu yang ditemukan pada lapisan di bawahnya. TIG menggambarkan permasalahan penting ini sebagai berikut:
Mungkin terlihat aneh bahwa fosil dari suatu daerah kecil, betapapun menariknya, ternyata menjadi pusat perdebatan sengit tentang permasalahan seluas itu dalam biologi evolusi. Alasannya adalah bahwa hewan muncul dalam rekaman fosil dengan kelimpahan mengherankan selama Kambrium, sepertinya muncul begitu saja. Penentuan tanggal secara radiometrik yang semakin tepat dan penemuan fosil baru yang semakin banyak hanya mempertajam ketiba-tibaan dan cakupan revolusi biologis ini. Besarnya perubahan dalam biota [makhluk hidup] bumi ini menuntut suatu penjelasan. Walaupun banyak penjelasan telah diajukan, kesimpulan umumnya adalah bahwa tidak ada satupun yang sepenuhnya meyakinkan.

Marrella: salah satu makhluk fosil yang ditemukan di lapisan fosil Burgess Shale.
Penjelasan yang "tidak sepenuhnya meyakinkan" ini disampaikan oleh ahli paleontologi evolusi. TIG menyebutkan dua orang penting dalam hal ini, Stephen Jay Gould dan Simon Conway Morris. Keduanya telah menulis buku untuk menjelaskan "kemunculan tiba-tiba makhluk hidup" dari sudut pandang evolusionis. Namun demikian, sebagaimana yang juga ditekankan oleh TIG, buku Wonderful Life karya Gould ataupun The Crucible of Creation: The Burgess Shale and the Rise of Animals karya Simon Conway Morris tidak menyediakan sebuah penjelasan bagi fosil Burgess Shale, atau bagi rekaman fosil dari jaman Kambrium secara umum.
Penelitian lebih mendalam pada ledakan Kambrium menunjukkan betapa besar dilema yang dihadirkannya bagi teori evolusi. Penemuan terbaru menunjukkan bahwa hampir semua phylum, kelompok hewan paling dasar, muncul dengan tiba-tiba pada Jaman Kambrium. Sebuah artikel yang diterbitkan dalam jurnal Science tahun 2001 menyebutkan: "Awal Jaman Kambrium, sekitar 545 juta tahun lalu, menyaksikan kemunculan tiba-tiba dalam rekaman fosil dari hampir semua jenis hewan (filum) yang masih mendominasi biota saat ini." Artikel yang sama menyebutkan bahwa untuk bisa menjelaskan [keberadaan] kelompok makhluk hidup yang sedemikian kompleks dan beragam berdasarkan teori evolusi, lapisan kaya fosil yang menunjukkan proses perkembangan bertahap seharusnya telah ditemukan, tetapi hal ini terbukti masih belum dimungkinkan:
Evolusi dan penyebaran yang bercelah ini tentunya juga memerlukan adanya sejarah kelompok sebelumnya yang untuk itu tidak terdapat rekaman fosil.
Gambaran yang dihadirkan oleh fosil Kambrium dengan jelas menyangkal anggapan-anggapan teori evolusi, dan memberikan bukti kuat bagi keterlibatan suatu dzat "supranatural" dalam penciptaan mereka. Douglas Futuyama, seorang ahli biologi evolusi kawakan, mengakui kenyataan ini:
Organisme bisa muncul di bumi dalam keadaan sudah berkembang atau tidak. Jika tidak, mereka pastilah berkembang dari spesies yang ada sebelumnya melalui proses perubahan. Jika mereka muncul dalam keadaan sempurna, mereka pastilah telah diciptakan oleh suatu kecerdasan yang Maha Kuasa.
Rekaman fosil dengan jelas menunjukkan bahwa makhluk hidup tidak berevolusi dari bentuk primitif menjadi maju, tetapi muncul secara tiba-tiba dalam bentuk sempurna. Ini memberikan bukti bagi pernyataan bahwa kehidupan tidak muncul melalui proses acak alamiah, tetapi melalui suatu kerja penciptaan yang cerdas. Dalam sebuah tulisan berjudul "The Big Bang of Animal Evolution" pada jurnal terkemuka Scientific American, ahli paleontologi evolusi Jeffrey S. Levinton menerima kenyataan ini, meski dengan berat hati, dengan mengatakan "Oleh karena itu, ada sesuatu yang istimewa dan sangat misterius –semacam "kekuatan" berkreatifitas tinggi."
Perbandingan Molekuler Memperdalam Kebuntuan Evolusi Kambrium
Kenyataan lain yang menempatkan kaum evolusionis dalam kebingungan mendalam tentang Ledakan Kambrium adalah perbandingan antara berbagai kelompok makhluk hidup. Hasil perbandingan ini mengungkapkan bahwa kelompok hewan yang dianggap sebagai "kerabat dekat" oleh evolusionis hingga baru-baru ini, pada kenyataannya secara genetik sangat berbeda, yang membuat gagasan "bentuk peralihan"—yang hanya ada secara teoritis—menjadi semakin meragukan. Sebuah artikel yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, USA, pada tahun 2000 melaporkan bahwa analisa DNA terkini telah menata ulang kelompok-kelompok yang dulunya dianggap sebagai "bentuk peralihan":
Analisa urutan DNA memberi pemahaman baru atas pohon kekerabatan. Kelompok yang pernah dianggap mewakili derajat kompleksitas yang berurutan pada dasar pohon [kekerabatan] metazoa telah dipindahkan ke kedudukan yang jauh lebih tinggi dalam pohon tersebut. Hal ini tidak menyisakan tempat bagi "bentuk peralihan" evolusi dan memaksa kita untuk memikirkan kembali asal usul kompleksitas bilateral.
Dalam artikel yang sama, penulis evolusionis mencatat bahwa beberapa kelompok yang dianggap "peralihan" antar kelompok seperti bunga karang, cnidarian dan ctenophore, tidak bisa lagi dianggap seperti itu karena penemuan genetik baru ini. Penulis ini mengatakan bahwa mereka telah "kehilangan harapan" untuk membuat pohon kekerabatan evolusi semacam itu:
Kekerabatan baru berdasar molekuler memiliki beberapa akibat penting. Yang paling utama adalah hilangnya kelompok "peralihan" antara bunga karang, cnidarian, ctenophora dan nenek moyang terakhir bilaterian [hewan bersisi dua] atau "Urbilateria." …Akibatnya kita memiliki celah besar pada cabang menuju Urbilateria. Kita telah kehilangan harapan, sebagaimana yang sudah umum dalam pemikiran evolusi sebelumnya, dalam menata ulang morfologi dari "nenek moyang coelomate" melalui sebuah gagasan yang melibatkan perubahan derajat kompleksitas yang semakin meningkat berdasarkan anatomi garis keturunan ‘primitif’ yang masih ada.
Trilobita dan Darwin
Salah satu spesies paling menarik dari berbagai spesies yang muncul tiba-tiba pada Jaman Kambrium adalah trilobita yang sekarang telah punah. Trilobita termasuk ke dalam filum Arthropoda, dan merupakan makhluk sangat rumit dengan cangkang keras, tubuh khas, dan organ kompleks. Rekaman fosil memungkinkan dilakukannya pengkajian rinci atas mata trilobita. Mata trilobita tersusun atas ratusan mata kecil, dan setiap mata kecil ini mengandung dua lapis lensa. Struktur mata ini benar-benar merupakan keajaiban sebuah rancangan. David Raup, seorang profesor geologi di Universitas Harvard, Rochester, dan Chicago, mengatakan, "trilobita, 450 tahun yang lalu, menggunakan rancangan mantap yang akan membutuhkan seorang ahli lensa terlatih dan penuh imajinasi untuk bisa mengembangkannya saat ini."

Lukisan lain yang menunjukkan makhluk-makhluk hidup Zaman Kambrium.
Bahkan struktur kompleks luar biasa pada trilobita ini sudah cukup untuk sendirian meruntuhkan Darwinisme, karena tidak ada makhluk kompleks dengan struktur mirip yang hidup pada masa geologis sebelumnya, yang dengan demikian menunjukkan bahwa trilobita muncul tanpa proses evolusi di belakang mereka. Sebuah artikel Science tahun 2001 mengatakan:
Analisa cladistic atas kekerabatan arthropoda mengungkapkan bahwa trilobita, seperti eucrustacea, adalah "ranting" yang lumayan baru dalam pohon arthropoda. Tetapi, fosil-fosil dari nenek moyang arthropoda ini tidak ada. ..Bahkan jika bukti adanya nenek moyang sebelumnya ditemukan, tetaplah merupakan tantangan untuk menjelaskan mengapa begitu banyak hewan telah bertambah ukuran dan memperoleh cangkang dalam waktu yang sedemikian singkat pada awal Kambrium.

Mata trilobit, dengan struktur rangkap dan ratusan keping lensa kecil, adalah sebuah rancangan yang menakjubkan.
Sangat sedikit yang diketahui tentang keadaan luar biasa dalam Jaman Kambrium ini ketika Charles Darwin menulis The Origin of Species. Hanya sejak masa Darwinlah rekaman fosil telah mengungkap bahwa kehidupan muncul secara tiba-tiba dalam Jaman Kambrium, dan bahwa trilobita dan invertebrata lainnya muncul secara tiba-tiba. Karena itulah, Darwin tidak bisa membahas hal ini secara utuh dalam bukunya. Tetapi ia menyinggung hal ini di bawah bab "Mengenai kemunculan tiba-tiba kelompok-kelompok spesies yang berkerabatan dalam lapisan fosil paling bawah," dimana ia menulis mengenai Jaman Silurian (sebuah nama yang pada saat itu meliputi apa yang sekarang kita sebut Kambrium) sebagai berikut:
Darwin mengatakan bahwa jika teorinya benar, masa yang panjang sebelum trilobit seharusnya dipenuhi oleh moyang makhluk ini. Tetapi, tak satu pun makhluk hidup yang diramalkan Darwin itu pernah ditemukan.
Sebagai contoh, saya tidak ragu bahwa semua trilobita Silurian berasal dari beberapa crustacea sejenis, yang seharusnya hidup jauh sebelum Jaman Silurian, dan kemungkinan sangat jauh berbeda dari hewan apapun yang telah dikenal… Karenanya, jika teori saya benar, tidak bisa disangkal lagi bahwa sebelum lapisan terbawah Silurian mengendap, masa yang panjang berlalu, selama, atau mungkin jauh lebih lama dari, seluruh masa dari jaman silurian hingga hari ini; dan bahwa selama masa sedemikian panjang, namun belum diketahui ini, bumi dipenuhi oleh makhluk hidup. Atas pertanyaan mengapa kita tidak menemukan rekaman dari masa awal yang panjang ini, saya tidak bisa memberi jawaban yang memuaskan.
Darwin berkata "Jika teori saya benar, Jaman [Kambrium] seharusnya penuh dengan makhluk hidup." Atas pertanyaan mengapa tidak ada fosil makhluk-makhluk ini, ia mencoba memberi jawaban di sepanjang bukunya, menggunakan alasan bahwa "rekaman fosil sangat tidak lengkap." Tetapi saat ini rekaman fosil sudah lumayan lengkap, dan jelas terungkap bahwa makhluk hidup dari Jaman Kambrium tidak memiliki nenek moyang. Ini berarti bahwa kita harus menolak kalimat Darwin yang diawali dengan "Jika teori saya benar." Pemikiran Darwin tidak dapat diterima, dan untuk alasan tersebut, teorinya adalah salah.
Rekaman dari jaman Kambrium meruntuhkan Darwinisme, baik dengan kekompleksan tubuh trilobita, dan dengan kemunculan makhluk-makhluk yang teramat berbeda pada saat yang sama. Darwin menulis "jika banyak spesies, dari satu genus atau famili, benar-benar memulai kehidupan secara bersamaan, maka kenyataan ini akan mematikan teori penurunan dengan perubahan lambat melalui seleksi alam."—yaitu, teori yang menjadi inti bukunya. Tetapi seperti yang telah kita lihat sebelumnya, sekitar 60 filum hewan yang berbeda, belum lagi kelompok yang lebih kecil seperti spesies, mulai hidup pada Jaman Kambrium, semuanya dan pada waktu yang bersamaan. Ini membuktikan bahwa gambaran yang disampaikan Darwin sebagai "mematikan teori ini" benar-benar terjadi. Itulah sebabnya mengapa ahli paleoantropologi evolusi dari Swiss, Stefan Bengston, yang mengakui tidak adanya penghubung peralihan ketika menggambarkan Jaman Kambrium, berkomentar sebagai berikut: "Menyulitkan (dan memalukan) bagi Darwin, peristiwa ini masih membingungkan kita."
Satu hal lagi yang perlu dikaji berkenaan dengan trilobita adalah bahwa struktur gabungan berumur 530-juta tahun pada mata makhluk ini tidak berubah sama sekali hingga sekarang. Beberapa serangga masa kini, seperti lebah dan capung, memiliki struktur mata yang benar-benar sama. Penemuan ini merupakan satu "pukulan mematikan" lagi bagi pernyataan teori evolusi bahwa makhluk hidup berkembang dari primitif ke yang kompleks.
Asal Usul Vertebrata
Seperti yang telah kami sebutkan di muka, salah satu filum yang muncul tiba-tiba pada jaman Kambrium adalah Chordata, makhluk yang memiliki sistem saraf pusat yang terlindung dalam suatu tengkorak dan notochord atau tulang belakang. Vertebrata adalah satu bagian dari chordata. Vertebrata dibagi lagi menjadi beberapa kelas dasar seperti ikan, amfibia, reptilia, burung, dan mamalia. Mereka mungkin adalah makluk yang paling dominan dalam dunia hewan.
IKAN ZAMAN KAMBRIA
Hingga tahun 1999, pertanyaan apakah vertebrata (hewan bertulang belakang) ada di Zaman Kambrium terbatas pada debat tentang Pikaia. Tetapi, di tahun itu, sebuah penemuan mengejutkan memperdalam kebuntuan evolusi mengenai Ledakan Kambrium: para ahli paleontologi Cina di fauna Chengjiang menemukan fosil dari dua spesies ikan yang berumur sekitar 530 juta tahun, zaman yang disebut Kambrium Awal. Dengan demikian, jelaslah bahwa bersama-sama dengan filum lain, subfilum vertebrata juga ada pada Zaman Kambrium, tanpa moyang evolusi apa pun.

Dua spesies ikan pada Zaman Kambrium, Haikouichthys ercaicunensis dan Myllokunmingia fengiiaoa.
Karena ahli paleontologi evolusi mencoba melihat setiap filum sebagai kelanjutan evolusi dari filum yang lain, mereka menyatakan bahwa filum Chordata berevolusi dari phylum yang lain, yaitu invertebrata. Tetapi, kenyataannya adalah, seperti semua filum, anggota Chordata yang muncul di jaman Kambrium menyangkal pernyataan ini sejak awal. Anggota tertua filum Chordata yang dapat dikenali dari jaman Kambrium adalah makhluk laut yang disebut Pikaia, yang tubuh panjangnya, pada pandangan pertama, mengingatkan kita pada cacing. Pikaia muncul pada saat yang bersamaan dengan spesies lain dalam filum tersebut yang diajukan sebagai nenek moyang mereka, dan tanpa bentuk peralihan di antara mereka. Profesor Mustafa Kuru, seorang ahli biologi evolusi Turki, mengatakan dalam bukunya Vertebrata:
Tidak ada keraguan bahwa chordata telah berevolusi dari invertebrata. Akan tetapi, ketiadaan bentuk peralihan antara invertebrata dan chordata mengakibatkan orang mengajukan berbagai dugaan.
Jika tidak ada bentuk peralihan antara choradata dan invbertebrata, lalu mengapa seseorang bisa berkata "tidak ada keraguan bahwa chordata telah berevolusi dari invertebrata?" Menerima anggapan tanpa bukti yang mendukungnya, tanpa terbersit keragu-raguan, jelaslah bukan sebuah pendekatan ilmiah, tetapi sebuah dogma. Setelah pernyataan ini, Profesor Kuru mengkaji dugaan kaum evolusionis berkenaan dengan asal usul vertebrata, dan sekali lagi mengakui bahwa rekaman fosil chordata hanya terdiri atas celah-celah:
Pandangan yang disebutkan di atas tentang asal usul chordata dan evolusi selalu ditanggapi dengan prasangka, karena tidak berlandaskan pada rekaman fosil.
Ahli biologi evolusi terkadang menyatakan bahwa alasan mengapa tidak ada rekaman fosil berkenaan dengan asal usul vertebrata adalah karena invertebrata memiliki jaringan lunak dan karenanya tidak meninggalkan jejak fosil. Akan tetapi penjelasan ini sungguh tidak realistis, karena terdapat banyak sekali fosil invertebrata. Hampir semua organisme dalam Kala Kambrium adalah invertebrata, dan puluhan ribu contoh fosil dari spesies-spesies ini telah dikumpulkan. Sebagai contoh, terdapat banyak fosil hewan berjaringan lunak di lapisan Burgess Shale Kanada. (Para ilmuwan berpikir bahwa invertebrata menjadi fosil, dan jaringan lunak mereka tetap utuh pada daerah semacam Burgess Shale, karena secara tiba-tiba tertutupi oleh lumpur dengan kandungan oksigen sangat rendah.
Teori evolusi beranggapan bahwa Chordata pertama, seperti Pikaia, berevolusi menjadi ikan. Akan tetapi, sama halnya dengan yang dianggap sebagai evolusi Chordata, teori evolusi ikan juga kekurangan bukti fosil yang mendukungnya. Sebaliknya, semua kelas yang berbeda dari ikan muncul dalam rekaman fosil secara tiba-tiba dan dalam bentuk sempurna. Terdapat jutaan fosil invertebrata dan jutaan fosil ikan; namun tidak satu fosil pun yang merupakan peralihan antara mereka.
Robert Carroll mengakui kebuntuan evolusionis pada asal usul beberapa kelompok di antara vertebrata-vertebrata awal:
Kita masih belum memiliki bukti atas terjadinya peralihan antara cephalochordata dan craniata. Makhluk paling awal yang dikenali sebagai vertebrata telah memiliki semua ciri-ciri pasti dari craniata yang bisa kita harapkan tertinggal dalam fosil. Tidak diketahui fosil yang menunjukkan asal usul vertebrata berahang.
Seorang ahli paleontologi lainnya, Gerald T. Todd, mengakui kenyataan yang serupa dalam sebuah artikel yang berjudul "Evolusi Paru-paru dan Asal Usul Ikan Bertulang":
Ketiga sub divisi dari ikan bertulang muncul pertama kali dalam rekaman fosil kira-kira pada waktu yang sama. Mereka telah sangat berbeda dalam bentuk, dan telah sepenuhnya berkerangka. Bagaimana mereka muncul? Apa yang membuat mereka bisa sedemikian berbeda? Bagaimana mereka semua muncul dengan kerangka pelindung? Dan mengapa tidak ada jejak bentuk peralihan yang lebih awal?
ASAL USUL IKAN
Catatan fosil menunjukkan bahwa ikan, seperti jenis makhluk hidup lainnya, juga muncul tiba-tiba dan telah memiliki semua struktur uniknya. Dengan kata lain, ikan diciptakan, bukan berevolusi.

Asal Usul Tetrapoda
Quadrupeda (atau Tetrapoda) adalah nama umum yang diberikan untuk hewan vertebrata yang hidup di darat. Amfibia, reptilia, burung dan mamalia termasuk dalam kelompok ini. Anggapan teori evolusi berkenaan dengan tetrapoda adalah bahwa makhluk ini berevolusi dari ikan yang hidup di laut. Akan tetapi, pernyataan ini mengandung pertentangan, baik dalam fisiologi maupun anatomi. Lebih jauh lagi, ia tidak memiliki dasar apa pun dari rekaman fosil.
Seekor ilkan harus mengalami perubahan besar untuk bisa beradaptasi di darat. Sistem pernafasan, pengeluaran dan rangka, semuanya harus berubah. Insang harus berubah menjadi paru-paru, sirip harus mendapatkan ciri-ciri kaki sehingga mereka bisa menopang berat tubuh, ginjal dan semua sistem pengeluaran harus dirubah agar berfungsi di lingkungan darat, dan kulit akan memerlukan tambahan tekstur baru untuk mencegah kehilangan air. Jika semua ini tidak terjadi, seekor ikan hanya bisa bertahan di darat dalam beberapa menit.
Jadi, bagaimana pandangan evolusionis bisa menjelaskan asal usul hewan-hewan darat? Beberapa komentar dangkal dalam literatur evolusionis sebagian besar berpijak pada dasar pemikiran Lamarck. Sebagai contoh, berkenaan dengan perubahan sirip menjadi kaki, mereka mengatakan, "Pada saat ikan mulai merangkak ke darat, sirip secara bertahap berubah menjadi kaki." Bahkan Ali Demirsoy, salah seorang evolusionis yang berpengaruh di Turki, menulis: "Mungkin sirip ikan berparu-paru berubah menjadi kaki amfibia ketika mereka merangkak di air yang berlumpur."
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, komentar seperti ini berlandaskan pada pemikiran Lamarck, karena komentar ini pada dasarnya berlandaskan pada peningkatan fungsi suatu organ melalui penggunaan dan pewarisan ciri-ciri ini ke generasi berikutnya. Sepertinya teori yang dirumuskan Lamarck, yang runtuh satu abad yang lalu, masih memiliki pengaruh kuat pada pemikiran bawah sadar para ahli biologi evolusi saat ini.
Jika kita kesampingkan skenario Lamarck, dan karena itu tidak ilmiah, ini, kita harus beralih kepada skenario berdasarkan mutasi dan seleksi alam. Namun demikian, ketika mekanisme ini dikaji, akan terlihat bahwa peralihan dari air ke darat benar-benar merupakan kebuntuan yang sempurna.
Mari kita bayangkan bagaimana seekor ikan bisa muncul dari laut dan menyesuaikan dirinya untuk [hidup di] darat: Jika ikan tidak mengalami perubahan cepat pada sistem pernafasan, pengeluaran dan rangka, maka kematian tak akan terhindarkan. Serangkaian mutasi yang perlu terjadi haruslah menyediakan paru-paru dan ginjal "daratan" bagi ikan, sesegera mungkin. Demikian pula, mekanisme ini haruslah merubah sirip menjadi kaki dan menghasilkan jenis kulit yang akan menahan air di dalam tubuh. Terlebih lagi, serangkaian mutasi ini harus terjadi selama masa hidup dari seekor binatang.

Skenario "peralihan dari air ke darat", sering disebutkan dalam buku-buku evolusionis dengan diagram khayalan seperti di atas, sering ditampilkan dengan penalaran cara Lamarck, yang jelas-jelas ilmu pengetahuan semu.
Tidak ada satu pun ahli biologi evolusi yang akan pernah mengajukan serangkaian mutasi seperti itu. Kemustahilan dan ketidakmasukakalan dari gagasan ini terlihat sangat jelas. Mengingkari kenyataan ini, evolusionis mengajukan gagasan "preadaptasi," yang menyatakan bahwa ikan memperoleh ciri-ciri baru yang akan mereka butuhkan sejak mereka masih di air. Singkatnya, teori ini mengatakan bahwa ikan mendapatkan sifat-sifat hewan darat bahkan sebelum mereka merasa memerlukan sifat-sifat ini, sejak mereka masih hidup di laut.
Meskipun demikian, sekenario seperti ini tidaklah masuk akal bahkan ketika dipandang dari sudut teori evolusi itu sendiri. Tentu saja, mendapatkan sifat-sifat hewan darat tidak akan bermanfaat bagi seekor hewan laut. Oleh karena itu, pemikiran bahwa sifat-sifat ini terjadi karena seleksi alam tidaklah berlandaskan akal sehat. Sebaliknya, seleksi alam seharusnya menyisihkan setiap makhluk yang mengalami "preadaptasi," karena dengan memperoleh sifat-sifat yang membuatnya bisa bertahan di darat tentunya akan menyebabkannya tidak berguna di laut.
Singkatnya, skenario "peralhan dari air ke darat" berada pada kebuntuan yang sempurna. Hal ini diterima oleh para evolusionis sebagai keajaiban alam yang tidak bisa di uji kembali. Inilah mengapa Henry Gee, editor Nature, menganggap skenario ini sebagai cerita yang tidak ilmiah:
Cerita konvensional tentang evolusi, tentang "mata rantai yang hilang", tidak bisa diuji, karena hanya terdapat satu kemungkinan alur peristiwa—yaitu yang tersirat dalam cerita itu. Jika cerita Anda tentang bagaimana kelompok ikan merangkak ke darat dan memunculkan kaki, Anda akan dipaksa melihat hal ini sebagai sebuah kejadian yang hanya sekali terjadi, karena begitulah alur ceritanya . Anda bisa mengikuti alur cerita tersebut atau tidak—tidak ada pilihan.

Tidak ada proses "evolusi" dalam asal usul katak. Katak tertua yang diketahui berbeda sama sekali dengan ikan, dan muncul dengan seluruh sifat khasnya. Katak pada masa kita bersifat-sifat sama. Tiada perbedaan antara katak yang terawetkan di dalam ambar di Republik Dominika dengan spesimen-spesimen yang hidup sekarang.
Kebuntuan tidak hanya datang dari mekanisme evolusi, tetapi juga dari rekaman fosil atau studi pada tetrapoda hidup. Robert Carrol harus mengakui bahwa "baik rekaman fosil maupun studi tentang perkembangan pada genus modern belum memberikan gambaran lengkap bagaimana anggota badan yang saling berpasangan pada tetrapoda berevolusi…"
Calon klasik bagi bentuk peralihan dalam evolusi ikan-tetrapoda adalah beberapa genus ikan dan amfibia.

Evolusionis mengacu pada coelacanth (dan yang berkerabat dekat, Rhipidistians yang telah punah) sebagai nenek moyang yang paling mungkin bagi quadruped. Ikan ini berada di bawah sub kelas Crossopterygian. Evolusionis mencurahkan segala harapan mereka pada makhluk ini karena sirip-sirip mereka memiliki struktur yang sedikit "berotot." Namun ikan ini bukanlah bentuk peralihan; terdapat perbedaan anatomis dan fisiologis antara kelas ini dengan amfibia.
Pada kenyataannya, yang disebut sebagai "bentuk peralihan" antara ikan dan amfibia bukanlah peralihan dalam pengertian bahwa keduanya memiliki sangat sedikit perbedaan, tetapi hanya karena mereka bisa menjadi contoh terbaik bagi skenario evolusi. Terdapat perbedaan anatomis besar antara ikan yang paling mungkin diambil sebagai nenek moyang amfibia dan amfibia yang dianggap sebagai turunannya. Contohnya adalah Eusthenopteron (seekor ikan yang telah punah) dan Acanthostega (seekor amfibia yang telah punah), dua subyek favorit bagi skenario evolusi terkini berkenaan dengan asal usul tetrapoda. Robert Carroll, dalam Pattern and Processes of Vertebrata Evolution, berkomentar mengenai kedua spesies yang dianggap berhubungan ini sebagai berikut:
Eusthenopteron dan Acanthostega dapat diambil sebagai titik akhir dalam peralihan antara ikan dan amfibia. Dari 145 ciri-ciri anatomis yang bisa dibandingkan antara dua genus ini, 91 menunjukkan perubahan yang berhubungan dengan adaptasi untuk hidup di darat… Ini jauh lebih banyak daripada jumlah perubahan yang terjadi dalam setiap [bentuk] transisi yang menjadi asal usul lima belas kelompok tetrapoda Paleozoic.
Sembilan puluh satu perbedaan dari 145 ciri-ciri anatomi… Dan para evolusionis percaya bahwa semua [perbedaan] ini adalah hasil desain ulang melalui sebuah proses mutasi acak selama kira-kira 15 juta tahun. Mempercayai skenario semacam itu mungkin perlu bagi kepentingan teori evolusi, tetapi hal ini tidak tepat secara ilmiah dan rasional. Hal ini berlaku juga bagi semua bentuk skenario ikan-amfibia lainnya, yang berbeda menurut kandidat yang dipilih sebagai bentuk peralihan tersebut. Henry Gee, editor majalah Nature, membuat komentar serupa mengenai skenario berdasarkan Ichtyostega, satu amfibia punah lainnya yang amat mirip dengan Acanthostega:
Pernyataan bahwa Ichtyostega adalah sebuah mata rantai yang hilang antara ikan dan tetrapoda yang muncul kemudian mengungkapkan lebih banyak prasangka kita daripada makhluk yang seharusnya kita pelajari. Ini menunjukkan seberapa keras kita memaksakan pandangan sempit atas suatu kenyataan berdasarkan pengalaman pribadi kita yang terbatas, padahal kenyataan tersebut mungkin lebih besar, lebih asing, dan lebih berbeda daripada yang mampu kita bayangkan.
Satu ciri mengagumkan lainnya mengenai asal usul amfibia adalah kemunculan tiba-tiba dari ketiga kelompok dasar amfibia . Carrol memberi catatan bahwa "Fosil paling awal dari kodok, caecilian, dan salamander semua muncul di Jaman Jurassic Awal hingga Tengah. Semua menunjukkan sebagian besar ciri-ciri penting dari keturunan mereka yang hidup sekarang." 87 Dengan kata lain, hewan-hewan ini muncul secara tiba-tiba dan tidak mengalami "evolusi" apapun sejak saat itu.
Spekulasi mengenai Coelacanth
Ikan yang berada dalam famili coelacanth pernah diterima sebagai bukti kuat bagi bentuk peralihan. Menyandarkan alasan mereka pada fosil coelacanth, ahli biologi evolusi mengemukakan bahwa ikan ini memiliki paru-paru primitif (belum berfungsi secara penuh). Banyak terbitan ilmiah mengemukakan fakta ini, lengkap dengan gambar yang menunjukkan bagaimana coelacanth beralih dari air ke darat. Semua ini bersandar pada anggapan bahwa coelacanth adalah spesies yang telah punah.
Ketika hanya mempunyai fosil-fosil Coelacanth, ahli paleontologi evolusi mengemukakan sejumlah anggapan Darwinis tentang fosil-fosil itu; akan tetapi, ketika contoh-contoh hidup ditemukan, semua anggapan ini hancur.
Akan tetapi pada 22 Desember 1983, sebuah penemuan yang sangat menarik terjadi di lautan Hindia. Seekor anggota famili coelacanth, yang sebelumnya digambarkan sebagai bentuk peralihan yang telah punah 70 juta tahun yang lalu, tertangkap hidup-hidup! Tidak diragukan lagi, penemuan contoh "hidup" dari coelacanth memberikan kejutan bagi para evolusionis. Ahli paleontologi evolusionis J. L. B. Smith mengatakan, "kalaupun saya bertemu dengan dinosaurus di jalan saya tidak akan lebih terkejut." Dalam tahun-tahun berikutnya, 200 coelacanth ditemukan di berbagai tempat di dunia.
Coelacanth hidup menunjukkan begitu tidak berlandaskannya spekulasi yang berkenaan dengan mereka. Bertentangan dengan apa yang telah dinyatakan sebelumnya, coelacanth tidak memiliki paru-paru primitif ataupun otak yang besar. Organ yang oleh peneliti evolusionis dikemukakan sebagai paru-paru primitif ternyata hanyalah sebuah kantung berenang yang penuh lemak. Lebih jauh lagi, coelacanth, yang sebelumnya diperkenalkan sebagai "calon reptilia yang siap beralih dari laut ke darat," pada kenyataannya adalah seekor ikan yang hidup di kedalaman samudra dan tidak pernah mencapai lebih dekat dari 180 meter dari permukaan laut.
PERBEDAAN ANTARA SIRIP DAN KAKI
Alasan mendasar mengapa evolusionis membayangkan Coelacanth dan ikan yang serupa adalah "moyang hewan darat" adalah karena ikan-ikan ini memiliki sirip bertulang. Mereka membayangkan bahwa sirip-sirip ini secara bertahap menjadi kaki. Akan tetapi, ada perbedaan mendasar antara tulang sirip ikan dan tulang kaki hewan darat seperti Ichthyosteg. Seperti ditunjukkan Gambar 1, tulang sirip Coelacanth tak menyambung ke tulang belakang; sedangkan pada Ichthyostega terjadi sebaliknya, sebagaimana ditunjukkan Gambar 2. Karena alasan ini, pernyataan bahwa sirip berkembang bertahap menjadi kaki sangat tidak beralasan. Lebih jauh, struktur tulang sirip Coelacanth sangat berbeda dengan tulang kaki Ichthyostega.
Setelah penemuan ini, coelacanth tiba-tiba kehilangan semua popularitasnya dalam publikasi evolusionis. Peter Forey, seorang ahli paleontologi evolusionis, dalam artikelnya di majalah Nature, mengatakan:
Penemuan Latimeria memunculkan harapan untuk mengumpulkan informasi langsung atas peralihan ikan menjadi amfibia, karena pada saat itu ada keyakinan bahwa coelacanth merupakan kerabat dekat nenek moyang tetrapoda. …Tetapi studi tentang anatomi dan fisiologi dari Latimeria telah menunjukkan bahwa teori mengenai hubungan ini menjadi dangkal dan reputasi coelacanth hidup sebagai mata rantai yang hilang terlihat tidak tepat.
Ini berarti satu-satunya pernyataan serius mengenai bentuk peralihan antara ikan dengan amfibia telah diruntuhkan.
Kendala Fisik atas Peralihan dari Air ke Darat
Pernyataan bahwa ikan adalah nenek moyang dari makhluk-makhluk darat telah disangkal oleh pengamatan anatomi dan fisiologi sebagaimana rekaman fosil. Ketika kita mengkaji besarnya perbedaan anatomi dan fisiologi antara hewan air dan darat, kita bisa melihat bahwa perbedaan ini tidak mungkin menghilang melalui sebuah proses evolusi dengan perubahan bertahap berdasarkan kebetulan. Kita bisa mendaftar pebedaan-perbedaan yang paling nyata sebagai berikut:
1- Penopangan beban: makhluk laut tidak bermasalah dalam menopang berat badannya sendiri di laut, meskipun struktur tubuh mereka tidak dibentuk untuk kondisi di darat. Akan tetapi, kebanyakan makhluk yang hidup di darat menkonsumsi 40 persen energi mereka hanya untuk membawa tubuh mereka sendiri. Makhluk-makhluk yang mangalami peralihan dari air ke darat pada saat yang sama harus mengalami perkembangan baru pada sistem otot dan rangka mereka untuk memenuhi kebutuhan energi ini, dan hal ini tidak akan mungkin terjadi melalui mutasi secara kebetulan.
Alasan mendasar mengapa evolusionis membayangkan coelacanth dan ikan serupa sebagai nenek moyang hewan-hewan darat adalah bahwa sirip-sirip mereka memiliki tulang. Diasumsikan bahwa sejalan dengan waktu sirip-sirip ini berubah menjadi kaki penopang beban. Akan tetapi, terdapat perbedaan mendasar antara tulang-tulang ikan ini dengan kaki hewan darat. Tidak mungkin tulang ikan ini mengambil fungsi penopang beban, karena mereka tidak tersambung dengan tulang punggung. Kaki hewan darat, pada sisi lain, berhubungan langsung dengan tulang punggung. Dengan alasan ini, pernyataan bahwa sirip-sirip ini perlahan-lahan berkembang menjadi kaki sangat tidak berdasar.
MASALAH GINJAL
Ikan membuang zat-zat berbahaya dari dalam tubuhnya langsung ke air, sedangkan hewan darat memerlukan ginjal. Karena alasan ini, skenario peralihan dari air ke daratan membutuhkan ginjal yang telah berkembang secara tak sengaja.
Akan tetapi, ginjal mempunyai struktur amat rumit, dan lebih lagi, seluruh bagiannya harus ada dan dalam susunan yang lengkap agar berfungsi. Ginjal yang berkembang 50, atau 70, atau bahkan 90 persen tak akan dapat berfungsi. Karena teori evolusi bergantung pada anggapan bahwa "organ yang tak digunakan akan menghilang", ginjal yang telah berkembang 50 persen akan menghilang dari tubuh pada tahap awal evolusi.
2- Penyimpanan panas: Di darat, suhu bisa berubah dengan cepat, dan naik turun dalam rentang yang lebar. Hewan-hewan darat memiliki suatu mekanisme fisik yang mampu menahan perubahan suhu sedemikian besar. Akan tetapi, di laut, suhu berubah secara perlahan, dan dalam rentang yang lebih sempit. Organisme hidup dengan sistem tubuh diatur sesuai dengan dengan suhu tetap lautan akan membutuhkan sistem pertahanan untuk menghindari sekecil mungkin kerusakan karena perubahan temperatur di darat. Sungguh tidak masuk akal untuk menyatakan bahwa ikan mendapatkan sistem seperti itu melalui mutasi acak ketika mereka beralih ke darat.
METAMORFOSIS

Katak dilahirkan dalam air, tinggal di sana untuk sementara, dan akhirnya muncul ke daratan dalam proses yang disebut "metamorfosis". Sebagian orang berpikir bahwa metamorfosis itu bukti evolusi, padahal keduanya tak berhubungan sama sekalir.
Satu-satunya mekanisme rekaan yang diajukan oleh evolusi hanyalah mutasi. Akan tetapi, metamorfosis tidak terjadi karena pengaruh-pengaruh kebetulan seperti mutasi. Sebaliknya, perubahan ini telah tertulis dalam kode genetik katak. Dengan kata lain, sudah jelas bahwa ketika baru lahir, seekor katak akan berjenis tubuh yang memungkinkannya hidup di daratan. Penelitian yang dilakukan pada tahun-tahun belakangan ini menunjukkan bahwa metamorfosis itu sebuah proses rumit yang diatur oleh beraneka gen. Lebih jauh, hilangnya ekor selama proses ini pun diatur, menurut majalah Science News, oleh lebih dari selusin gen (Science News, 17 Juli 1999, h. 43).
Pernyataan evolusionis tentang peralihan dari air ke darat mengatakan bahwa ikan, dengan suatu kode genetik yang dirancang selengkapnya agar memungkinkannya hidup di air, dapat berubah menjadi makhluk darat sebagai hasil mutasi. Akan tetapi, karena alasan ini, metamorfosis sebenarnya telah merontokkan evolusi, bukan mendukungnya, karena kesalahan terkecil dalam metamorfosis akan mengakibatkan makhluk itu mati atau cacat. Terjadinya metamorfosis secara sempurna itu penting. Tak mungkin suatu proses rumit, yang tak menyisihkan ruang bagi kesalahan terjadi akibat mutasi tak sengaja, sebagaimana yang dinyatakan oleh evolusi.
3- Air: Sangat penting bagi metabolisme, air perlu digunakan secara ekonomis karena kelangkaannya di darat. Sebagai contoh, kulit harus bisa membiarkan air dalam jumlah tertentu keluar, tetapi harus juga mencegah penguapan yang berlebihan. Itulah mengapa binatang darat mengalami kehausan, sesuatu yang tidak dialami binatang laut. Atas alasan ini, kulit hewan-hewan laut tidak cocok untuk habitat selain air.
4- Ginjal: Organisme laut mengeluarkan zat-zat sisa, khususnya ammonia, melalui lingkungan air mereka. Pada ikan air tawar, sebagian besar sampah nitrogennya (termasuk sejumlah besar ammonia, NH3) dikeluarkan dengan difusi dari insangnya. Ginjal secara umum lebih merupakan alat untuk menjaga keseimbangan air pada hewan, daripada suatu organ pengeluaran. Ikan air laut memiliki dua tipe. Hiu, skates, dan ikan pari bisa memiliki kandungan urea yang sangat tinggi dalam darahnya. Darah hiu bisa mengandung 2,5% urea yang sangat berbeda dengan 0,01-0,03% pada vertebrata lainnya. Jenis ikan lainnya, misalnya ikan laut bertulang, juga sangat berbeda. Mereka terus kehilangan air tetapi digantinya dengan minum air laut yang kemudian dikurangi kadar garamnya. Mereka lebih mengandalkan pengeluaran tubular untuk menghilangkan kelebihan atau sisa-sisa zat terlarut.
Setiap sistem pengeluaran ini sangat berbeda dengan yang dimiliki oleh hewan-hewan vertebrata darat. Oleh karena itu, supaya terjadi peralihan dari air ke darat, makhluk hidup tanpa ginjal harus mengembangkan sebuah sistem ginjal seluruhnya pada saat yang bersamaan.
5- Sistem pernafasan: Ikan "bernafas" dengan mengambil oksigen yang terlarut dalam air yang mereka lewatkan melalui insang. Mereka tak bisa hidup lebih dari beberapa menit di luar air. Untuk bertahan di darat, mereka harus memiliki sistem paru-paru yang sempurna dengan segera.
Tentunya sangatlah tidak mungkin bahwa semua perubahan fisiologis yang sedemikian besar bisa terjadi pada organisme yang sama pada waktu yang sama, dan semuanya karena kebetulan.
Asal Usul Reptilia
Dinosaurus, kadal, kura-kura, buaya—semuanya yermasuk dalam kelas reptilia. Beberapa, seperti dinosaurus, telah punah, tetapi sebagian besar spesies ini masih hidup di bumi. Reptilia memiliki beberapa ciri yang khas. Misalnya, tubuh mereka ditutupi oleh sisik, dan mereka berdarah dingin, artinya mereka tidak mampu mengatur suhu tubuh secara fisiologis (itulah sebabnya mereka berjemur dibawah sinar matahari untuk menghangatkan tubuh). Kebanyakan dari mereka bereproduksi dengan bertelur.
TELUR YANG BERBEDA

Salah satu ketidakselarasan pada skenario evolusi amfibi-reptil adalah struktur telur. Telur amfibi, yang berkembang di dalam air, mempunyai struktur seperti agar-agar dan membran berpori, sedangkan telur reptil, sebagaimana diperlihatkan dalam reka-ulang telur dinosaurus di foto kanan, keras dan kedap cairan, agar sesuai dengan lingkungan darat. Jika amfibi berubah menjadi reptil, telurnya harus tak sengaja menjadi telur reptil sempurna, namun, kesalahan terkecil dalam proses seperti ini akan membawa ke kepunahan spesies itu.
Berkenaan dengan asal usul makhluk-makhluk ini, evolusi sekali lagi berada pada kebuntuan. Darwinisme menyatakan bahwa reptilia berevolusi dari amfibia. Akan tetapi, belum pernah ada penemuan untuk membuktikan pernyataan seperti itu. Sebaliknya, perbandingan antara amfibia dengan reptilia mengungkap adanya perbedaan fisiologis yang besar antara keduanya, dan makhluk "setengah reptilia-setengah amfibia" tidak akan memiliki kesempatan untuk bertahan hidup.
Salah satu contoh perbedaan fisiologis antara dua kelompok ini adalah struktur yang berbeda pada telur mereka. Amfibia menempatkan telur mereka di air, dan telur-telur mereka bagaikan jelly, dengan selaput tembus pandang dan tembus air. Telur seperti itu memiliki struktur ideal bagi perkembangan di air. Reptilia, di sisi lain, menempatkan telur mereka di darat, dan karenanya telur mereka dirancang untuk bertahan di sana. Cangkang keras dari telur reptilia, juga dikenal sebagai "telur amniota," memungkinkan udara untuk masuk, tetapi tidak tembus air. Dengan cara ini, air yang dibutuhkan oleh hewan yang sedang tumbuh tetap tersimpan di dalam telur.
Jika telur amfibia ditempatkan di darat, mereka akan segera mengering, membunuh embrio di dalamnya. Hal ini tidak bisa dijelaskan secara evolusi, yang menyatakan bahwa reptilia telah berevolusi sedikit demi sedikit dari amfibia. Hal ini karena, untuk memulai suatu kehidupan di darat, telur amfibia haruslah berubah menjadi telur amniota dalam masa hidup satu generasi. Bagaimana proses semacam ini bisa terjadi melalui seleksi alam dan mutasi—mekanisme evolusi—sungguh tidak bisa dijelaskan. Ahli biologi Michael Denton menjelaskan secara rinci kebuntuan para evolusionis dalam permasalahan ini:
Setiap buku acuan evolusi menyatakan bahwa reptilia bervolusi dari amfibia tetapi tidak ada penjelasan bagaimana adaptasi penting yang membedakan reptilia, telur amniota, muncul secara bertahap sebagai hasil dari perubahan kecil yang terus menerus berakumulasi. Telur amniota reptilia jauh lebih kompleks dan sama sekali berbeda dengan telur amfibia. Dalam kingdom hewan, hampir tidak ada dua telur [lainnya] yang lebih berbeda secara mendasar … Asal usul telur amniota dan amfibia – peralihan [menjadi] reptilia hanyalah satu lagi [contoh dalam] kelompok utama vertebrata di mana belum pernah diberikan skema evolusi yang jelas. Berusaha menjelaskan, misalnya, bagaimana jantung dan lengkung aorta dari amfibia berubah secara bertahap menjadi seperti yang dimiliki reptilia dan mamalia adalah benar-benar masalah besar.
Rekaman fosil pun tidak menyediakan bukti apapun untuk memperkuat hipotesis evolusionis berkenaan dengan asal usul reptilia.
Robert L. Carrol, seorang ahli paleontologi evolusi yang juga ahli paleontologi vertebrata, bersedia menerima kenyataan ini. Ia menulis dalam karya klasiknya, Vertebrate Paleontology and Evolution, bahwa "Amniota awal telah cukup berbeda dari semua amfibia jaman Paleozoic sehingga nenek moyan mereka yang sebenarnya belum bisa ditentukan." Dalam bukunya yang lebih baru, Patterns and Processes of Vertebrate Evolution, yang diterbitkan tahun 1997, ia mengakui bahwa "Asal usul ordo amfibia modern, (dan) peralihan antara tetrapoda awal" adalah "masih samar" sebagaimana juga asal usul dari berbagai kelompok utama lainnya.
Kenyataan yang sama juga diakui oleh Stephen Jay Gould:
KESALAHPAHAMAN TENTANG SEYMOURIA

Tidak ada fosil amfibia yang terlihat jelas sebagai pendahulu dalam silsilah vertebrata darat (reptilia, burung, dan mamalia).
Sejauh ini, hewan terpenting yang diajukan sebagai "nenek moyang reptilia" adalah Seymouria, satu spesies amfibia. Akan tetapi, kenyataan bahwa Seymouria tidak bisa dijadikan sebagai bentuk peralihan diungkap oleh penemuan bahwa reptilia telah ada di bumi sekitar 30 juta tahun sebelum Seymouria pertama kali muncul. Fosil tertua Seymouria ditemukan dalam lapisan Permian Bawah, atau 280 juta tahun yang lalu. Namun spesies reptilia tertua yang dikenal, Hylonomus dan Paleothyris, ditemukan di lapisan Pennsylvania Bawah, sekitar 315-330 juta tahun yang lalu. Tentunya sangatlah tidak beralasan, setidaknya, jika "nenek moyang reptilia" hidup lebih belakangan dari pada reptilia yang pertama.
Singkatnya, bertentangan dengan pernyataan evolusionis bahwa makhuk hidup berevolusi secara bertahap, fakta ilmiah mengungkap bahwa makhluk-makhluk ini muncul di bumi secara tiba-tiba dan terbentuk sempurna.
Ular dan Kura-kura
Lebih jauh lagi, terdapat batas yang tidak bisa dilewati antara berbagai ordo reptilia seperti ular, buaya, dinosaurus, dan kadal. Setiap ordo yang berbeda ini muncul secara tiba-tiba dalam rekaman fosil, dan dengan struktur yang sangat berbeda. Melihat berbagai struktur dalam kelompok yang sangat berbeda ini, evolusionis membayangkan proses evolusi yang mungkin terjadi. Tetapi hipotesis tersebut tidak tercerminkan dalam rekaman fosil. Sebagai contoh, salah satu anggapan umum evolusi adalah bahwa ular berevolusi dari kadal yang secara bertahap kehilangan kaki mereka. Tetapi evolusionis tidak bisa menjawab pertanyaan apa "manfaat" yang akan didapat kadal yang mulai kehilangan kakinya dan bagaimana makhluk ini bisa "terpilih" oleh seleksi alam.

Perlu diingat bahwa ular tertua yang pernah diketahui dalam rekaman fosil tidak memiliki ciri-ciri "bentuk peralihan", dan tidak berbeda dengan ular di masa kita. Fosil ular tertua yang diketahui adalah Dinilysia, ditemukan pada bebatuan Cretaceous Atas di Amerika Selatan. Robert Carrol mengakui bahwa makhluk ini "menunjukkan tahapan evolusi yang lumayan maju pada ciri-ciri ini [ciri-ciri khas dari tengkorak ular]," dengan kata lain, ular ini telah memiliki semua ciri ular modern.
Satu ordo reptilia yang lain adalah kura-kura, yang muncul dalam rekaman fosil bersama-sama dengan cangkang yang khas dari mereka. Sumber-sumber evolusionis menyatakan bahwa "Sayangnya, asal usul dari ordo yang sukses ini dikaburkan oleh ketidaklengkapan fosil-fosil terdahulu meskipun kura-kura meninggalkan fosil yang lebih banyak dan lebih baik daripada vertebrata-vertebrata lainnya. Hingga pertengahan Era Triassic (sekitar 200.000.000 tahun yang lalu) kura-kura sangatlah melimpah dan memiliki ciri-ciri dasar kura-kura… Peralihan antara kura-kura dan cotylosaurus, reptilia primitif yang mungkin menjadi nenek moyang kura-kura, benar-benar tidak ditemukan."

Demikianlah Robert Carrol terpaksa menyebutkan asal usul kura-kura di mana "[bentuk] peralihan penting dan sebarannya masih belum diketahui."
Semua jenis makhluk hidup ini muncul secara tiba-tiba dan tidak bergantung satu sama lain. Kenyataan ini adalah bukti ilmiah bahwa mereka telah diciptakan.
Reptilia Terbang
Satu kelompok menarik dalam kelas reptilia adalah reptilia terbang. Kelompok ini pertama kali muncul sekitar 200 juta tahun yang lalu pada jaman Triassic Atas, tetapi kemudian menjadi punah. Makhluk-makhluk ini semuanya reptilia, karena mereka memiliki semua ciri dasar dari kelas reptilia. Mereka adalah hewan berdarah dingin (artinya, mereka tidak bisa mengatur suhu tubuh sendiri) dan tubuh mereka ditutupi oleh sisik. Tetapi mereka memiliki sayap yang kuat, dan diperkirakan sayap ini membuat mereka bisa terbang.
Reptilia terbang digambarkan dalam beberapa publikasi populer evolusionis sebagai temuan paleontologis yang mendukung Darwinisme—setidaknya, inilah kesan yang dimunculkan. Akan tetapi, asal usul reptilia terbang sebenarnya memberi masalah yang nyata bagi teori evolusi. Petunjuk terang dari hal ini adalah bahwa reptilia terbang muncul secara tiba-tiba dan sempurna, tanpa ada bentuk peralihan antara mereka dan reptilia darat. Reptilia terbang memiliki desain sayap yang sangat baik, yang tidak dimiliki oleh reptilia darat. Tidak ada makhluk dengan setengah-sayap yang pernah ditemukan dalam rekaman fosil.

Dalam setiap kasus, tidak ada makhluk setengah-sayap yang pernah hidup, karena jika makhluk khayalan ini pernah ada, mereka seharusnya dalam kerugian besar dibandingkan dengan reptilia lain [karena] telah kehilangan kaki depan namun masih belum bisa terbang. Dalam keadaan seperti ini, menurut kaidah evolusi itu sendiri, mereka akan telah tersingkirkan dan punah.
Kenyataannya, ketika sayap reptilia terbang diteliti, mereka memiliki desain sedemikian sempurna yang tidak akan pernah dapat dijelaskan dengan evolusi. Sebagaimana reptilia lain memiliki lima jari pada kaki depan mereka, reptilia terbang memiliki lima jari pada sayap mereka. Tetapi jari ke empatnya sekitar 20 kali lebih panjang dari jari lainnya, dan sayapnya terentang di bawah jari ini. Jika reptilia darat telah berevolusi menjadi reptilia terbang, maka jari ke empat ini seharusnya tumbuh secara bertahap sedikit demi sedikit. Tidak hanya jari ke empat, tetapi semua struktur sayap, haruslah berkembang melalu mutasi asal, dan semua proses ini haruslah memberi suatu manfaat bagi makhluk tersebut. Duane T. Gish, salah seorang pengkritik terkemuka teori evolusi pada tataran ilmu tentang fosil, berkomentar sebagai berikut:
Pemikiran bahwa reptilia darat dapat secara bertahap diubah menjadi reptilia terbang tidaklah masuk akal. Struktur awal yang setengah jadi, daripada menguntungkan bentuk peralihan tersebut, akan lebih merupakan kerugian yang besar. Sebagai contoh, evolusionis beranggapan bahwa, meskipun terlihat aneh, mutasi terjadi dan hanya berpengaruh pada empat jari sedikit demi sedikit. Tentunya, mutasi acak lainnya yang terjadi secara bersamaan, meskipun terlihat luar biasa, menjadi sebab kemunculan secara bertahap dari selaput sayap, otot terbang, tendon, saraf, pembuluh darah, dan struktur lainnya yang diperlukan untuk membentuk sayap. Pada suatu tahapan, reptilia terbang yang sedang berkembang akan memiliki 25 persen sayap. Namun demikian, makhluk aneh ini tidak akan mampu bertahan hidup. Apa manfaat dari sayap yang baru 25 persen? Yang jelas makhluk ini tidak bisa terbang, dan tidak akan lagi bisa berlari…
Singkatnya, tidak mungkin menjelaskan asal usul reptilia terbang melalui mekanisme evolusi Darwin. Dan kenyataannya. rekaman fosil mengungkapkan bahwa tidak pernah terjadi proses evolusi seperti itu. Lapisan-lapisan fosil hanya menyimpan reptilia darat seperti yang kita lihat sekarang, dan reptilia terbang yang telah berkembang sempurna. Tidak ada bentuk peralihan. Carrol, salah seorang yang disegani di dunia paleontologi vertebrata, membuat pengakuan berikut ini sebagai seorang evolusionis:
…semua pterosaurus jaman Triassic telah dikhususkan untuk terbang… Mereka menyediakan sedikit bukti mengenai nenek moyang langsung mereka dan tidak memberi bukti sama sekali bagi tahap-tahap awal dalam asal usul [kemampuan] terbang.
Carrol, baru-baru ini, dalam tulisannya Patterns and Processes of Vertebrate Evolution, menetapkan asal usul pterosaurus di antara peralihan penting yang seluk beluknya tidak banyak diketahui.
Singkatnya, tidak ada bukti bagi evolusi reptilia terbang. Karena istilah "reptilia" bagi kebanyakan orang hanya berarti reptilia yang hidup di darat, publikasi populer evolusionis mencoba menanamkan kesan mengenai reptilia terbang bahwa reptilia menumbuhkan sayap dan mulai terbang. Akan tetapi, kenyataannya adalah bahwa reptilia darat dan reptilia terbang muncul tanpa ada hubungan evolusi di antara mereka.
Reptilia Laut
Satu lagi kelompok menarik dalam klasifikasi reptilia adalah reptilia laut. Sebagian besar reptilia yang termasuk dalam kelompok ini telah punah, walaupun kura-kura adalah contoh yang masih bertahan hingga sekarang. Sama halnya dengsn reptilia terbang, asal usul reptilia laut adalah sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan pendekatan evolusi. Reptilia laut terpenting yang telah diketahui adalah makhluk yang dinamakan Ichthyosaurus. Dalam bukunya Evolution of the Vertebrates, Edwin H. Colbert dan Michael Morales mengakui fakta bahwa tidak ada penjelasan evolusi mengenai asal usul makhluk-makhluk ini yang dapat diberikan:
Ichthyosaurus, yang dalam berbagai hal merupakan reptilia akuatik yang paling maju, muncul sekitar jaman Triassic Awal. Kahadiran mereka dalam sejarah geologis reptilia adalah tiba-tiba dan dramatis; tidak terdapat petunjuk pada sedimen sebelum jaman Triassic yang mungkin menjadi pendahulu dari Ichthyosaurus… Permasalahan mendasar mengenai hubungan Ichthyosaurus adalah tidak ditemukannya bukti meyakinkan yang bisa menghubungkan kelompok reptilia ini dengan kelompok reptilia lainnya.
Semacam itu pula, Alfred S. Romer, salah seorang pakar dalam Sejarah Alam Vertebrata, menulis:
Tidak ada bentuk pendahuluan [dari ichthyosaurus] yang telah diketahui. Keganjilan struktur Ichthyosaurus kelihatannya memerlukan waktu yang lama bagi perkembangan mereka dan karenanya menunjukkan asal usul yang sangat tua bagi kelompok ini, tetapi tidak ditemukan reptilia jaman Permian sebagai nenek moyang mereka.
Carrol sekali lagi harus mengakui bahwa asal usul Ichthyosaurus dan Nothosaurus (famili reptilia akuatik yang lain) adalah termasuk dalam kasus-kasus yang "kurang dipahami" bagi evolusionis.
Singkatnya, berbagai makhluk yang termasuk dalam kelompok reptilia muncul di bumi tanpa hubungan evolusi di antara mereka. Seperti yang akan kita lihat dalam bagian selanjutnya, situasi yang sama berlaku pada mamalia: terdapat mamalia terbang (kelelawar) dan mamalia laut (ikan lumba-lumba dan paus). Namun demikian, kelompok-kelompok yang berbeda ini jauh untuk disebut sebagai bukti bagi evolusi. Sebaliknya, mereka merupakan masalah nyata tidak bisa dijelaskan oleh evolusi karena dalam segala hal, berbagai kelompok taksonomi ini muncul di bumi secara tiba-tiba, tanpa ada bentuk peralihan di antara mereka, dan dengan berbagai struktur mereka yang telah utuh.
Ini adalah bukti ilmiah yang jelas bahwa semua makhluk ini sebenarnya diciptakan.